Farming & Staking: Apa yang Sering Dilupakan oleh Pengguna?
Staking dan yield farming sering dianggap sebagai cara “aman” untuk mendapatkan penghasilan pasif dari aset crypto yang kita miliki. Di ekosistem Sui, aktivitas ini cukup populer, baik melalui staking langsung SUI maupun farming di berbagai DEX dan protokol DeFi.
Namun, di balik potensi imbal hasil tersebut, ada sejumlah risiko yang kerap diabaikan oleh banyak pengguna, terutama pemula atau mereka yang terlalu fokus pada APR/APY tinggi.
☑️ Sekilas Tentang Staking & Farming
Staking: Mengunci token (seperti SUI) di jaringan atau validator untuk mendapatkan reward karena membantu mengamankan jaringan.
Farming: Menyediakan likuiditas (biasanya berupa dua aset dalam pool) di protokol DeFi dan mendapatkan reward berupa token lain, biaya transaksi, atau insentif tambahan.
Keduanya menawarkan imbal hasil pasif, tapi punya karakteristik risiko yang berbeda.
🔍 Risiko Umum yang Sering Diabaikan
1. Impermanent Loss (IL)
Terjadi saat kamu menyimpan dua aset di liquidity pool dan nilai salah satunya berubah secara drastis dibandingkan saat kamu memasukkannya.
Yang sering dilupakan:
Banyak yang hanya fokus pada APR tinggi, padahal impermanent loss bisa lebih besar dari reward yang diterima.
2. Volatilitas Harga Token Reward
Reward farming sering diberikan dalam token proyek tertentu (misalnya token baru dari protokol yang bersangkutan). Masalahnya:
Token reward bisa mengalami dumping besar
Nilainya tidak stabil atau bahkan tidak punya utilitas nyata
Kadang sulit dijual (likuiditas rendah)
Kesalahan umum:
Menghitung APY dalam bentuk token, bukan dalam nilai riil (misalnya dalam USDC).
3. Risiko Protokol & Bug Smart Contract
Setiap protokol DeFi dibangun dengan smart contract. Jika ada celah keamanan, seluruh dana yang terkunci bisa hilang.
Contoh nyata:
Banyak kasus di jaringan lain (Ethereum, BSC, dll) di mana bug kontrak menyebabkan exploit.
Meskipun ekosistem Sui dibangun dengan bahasa Move yang lebih aman dari segi desain, tidak ada sistem yang 100% bebas risiko.
4. Validator Tidak Aktif atau Berisiko (Untuk Staking)
Dalam staking SUI, kamu memilih validator untuk mewakili asetmu. Risiko yang terjadi:
Validator bisa tidak aktif → reward jadi berkurang
Validator bisa terkena penalti karena melanggar aturan protokol
Reputasi validator memengaruhi stabilitas reward jangka panjang
5. Exit Fee & Locking Period
Beberapa protokol mengenakan biaya atau waktu tunggu untuk menarik dana.
Exit fee bisa memakan sebagian besar profit jika kamu keluar terlalu cepat
Locking period menyebabkan kamu tidak bisa bereaksi saat market berubah cepat
Contoh:
Kamu farming dan ingin cabut saat market drop, tapi dana masih “terkunci” selama 7 hari.
Kesalahan Mentalitas: Fokus Cuan, Lupa Struktur
Pengguna sering kali:
Tergiur angka APR tinggi tanpa menghitung risiko tersembunyi
Tidak menyusun strategi exit dari awal
Mengalokasikan seluruh dana di farming tanpa menyisakan likuiditas darurat
Tidak membaca dokumen resmi dari protokol (whitepaper, audit, mekanisme reward)
✅ Cara Meminimalkan Risiko
Berikut beberapa tips praktis untuk farming dan staking di ekosistem Sui:
Lakukan simulasi: Gunakan kalkulator impermanent loss
Pahami protokolnya: Pelajari smart contract yang digunakan dan apakah sudah diaudit.
Diversifikasi posisi: Jangan taruh semua dana di satu pool/protokol.
Monitor reward dan kondisi pool secara berkala.
Gunakan alat bantu seperti Pawtato.app untuk melacak semua posisi, reward, dan notifikasi otomatis.
Cek reputasi validator sebelum staking $SUI.
Staking dan farming memang memberikan peluang untuk menumbuhkan aset secara pasif. Namun, seperti halnya instrumen keuangan lainnya, memahami risiko adalah bagian dari tanggung jawab sebagai pengguna.
Di ekosistem Sui, transparansi dan efisiensi tinggi jadi nilai tambah. Tapi tetap, pengambilan keputusan ada di tangan pengguna. Edukasi, kontrol, dan evaluasi berkala adalah kunci untuk bertahan jangka panjang.